SATUAN
ACARA PENYULUHAN
PADA
ANAK BALITA
MATERI PENYULUHAN : Prinsip Gizi Seimbang Pada Anak Balita
PENYULUH : 1. Hidayatul Fitri (120078)
2. Shofiatus Sholihah (120083)
3. Rika (120084)
4. Maya Indri Puspita (120085)
AUDIENS : Ibu Septi (Ibu dari
Bintang)
HARI/TANGGAL/JAM : Selasa,
07 Mei 2013
WAKTU : pukul 15.45 s/d 16.20
WIB
LOKASI : Prancak
Glondong, RT.06, Sewon, Bantul,
Yogyakarta.
A.
Tujuan
Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan, Responden
dapat memahami tentang prinsip gizi seimbang pada anak balita.
B.
Tujuan
Instruksional Khusus
Setelah
mengikuti penyuluhan diharapkan:
1. Responden
dapat mengerti Karakteristik Balita
2. Responden
dapat mengerti Peran Makanan Bagi Balita
3.
Responden dapat mengerti Kebutuhan
Gizi Balita
4.
Responden dapat mengerti Beberapa
Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi
5.
Responden dapat mengerti Akibat
Gizi yang Tidak Seimbang
6.
Responden dapat mengerti Faktor
pengaturan makanan yang kurang baik
7.
Responden dapat mengerti Menu
Makanan Balita
8.
Responden dapat mengerti Makanan
Selingan Balita
9.
Responden dapat mengerti Menu
untuk Balita yang Sedang Sakit
10. Responden
dapat mengerti
Pengaturan makanannya secara umum
11. Responden
dapat mengerti dan menerapkan terkait pola makan sehat pada usia reproduksi
dalam kehidupan sehari-hari.
C.
Materi
Terlampir
D.
Pendekatan
Penyuluhan dengan menggunakan 2
macam pendekatan yaitu:
a. Pendekatan individual, merupakan pendekatan yang dilakukan
konselor dengan memperhatikan perbedaan klien pada aspek individual
masing-masing.
b. Pendekatan
edukatif, merupakan pendekatan yang bertujuan memberikan pendidikan, wawasan
yang bernilai kebaikan.
E.
Metode
Penyuluhan menggunakan 2 macam
metode, yaitu:
1. Ceramah, merupakan suatu cara penyajian bahan atau penyampaian
bahan pelajaran secara lisan.
2. Tanya
jawab, merupakan cara penyajian pelajaran dalam proses belajar mengajar
melalui interaksi dua arah atau “two way traffic” dari pendidik bertanya kepada
peserta didik atau sebaliknya peserta didik bertanya pada pendidik agar
diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan pendidik atau peserta
didik.
F. Media
Media utama yang di
gunakan dalam penyuluhan yaitu
food model/menu makanan sehat
dan leaflet.
G.
Materi
Penyuluhan
MATERI
|
AUDIENS
|
METODE
|
MEDIA
|
WAKTU
|
Prinsip
gizi seimbang pada anak balita.
|
Ibu
dari balita.
|
1. Ceramah
2. Tanya
jawab
|
1.
food model
2.
leaflet.
|
|
H.
Evaluasi
Evaluasi belajar yang ditujukan
kepada klien akan dilaksanakan pada akhir proses pembelajaran.
I.
Daftar
Pustaka
Potter dan Perry, 2005. Fundamental
Keperawatan Volume 2. EGC, Jakarta, Diakses di: Abdul, 2008, gizi pada
usia Reproduksi, http//www.google.com//prinsip gizi reproduksi//2008/, 17 April
2013 pukul 17.11 wib.
Rumdasih, Yuyun, Heryati, Ester, Monika, 2004. Gizi
dalam Kesehatan Reproduksi. EGC, Jakarta, diakses di: Ana, 2011, Terkait Gizi Reproduksi, http://grandmall10.wordpress.com/2011/07/15/masalah-gizi-reproduksi/, 15
April 2013 pukul 14.09 wib.
Lampiran
1
MATERI
PENYULUHAN
A. Pemenuhan Gizi Pada
Balita
1.
Mengenal Balita
Secara harfiah, balita
atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga
bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun, karena
faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia di bawah satu tahun berbeda dengan
anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya. Utamanya,
makanan bayi berbentuk cair, yaitu air susu ibu (ASI), sedangkan umumnya anak
usia lebih dari satu tahun mulai menerima makanan padat seperti orang dewasa.
Anak usia 1-5 tahun
dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan
prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya,
faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara
pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya. Menurut Persagi (1992),
berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal
dengan “ batita “ dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang
dikenal dengan usia “ prasekolah”. Batita sering disebut konsumen pasif,
sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif.
2.
Karakteristik Balita
Anak usia 1-3 tahun
merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang
disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan
dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari
masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih
besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang
mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya
lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil
dengan frekuensi sering.
3.
Karakteristik Usia
Prasekolah
Pada usia prasekolah,
anak menjadi konsumen aktif, yaitu mereka sudah dapat memilih makanan yang
disukainya. Masa ini juga sering dikenal sebagai “ masa keras kepala “. Akibat
pergaulan dengan lingkungannya terutama dengan anak-anak yang lebih besar, anak
mulai senang jajan. Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat
mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak kurang
gizi.
Perilaku makan sangat
dipengaruhi oleh kedaan psikologis, kesehatan, dan sosial anak. Oleh karena
itu, kedaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting
dalam pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas dan khawatir terhadap
makanannya. Seperti pada orang dewasa, suasana yang menyenangkan dapat
membangkitkan selera makan anak.
4.
Peran Makanan Bagi Balita
1.
Makanan sebagai sumber zat
gizi
Didalam makanan
terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat
pembangun , dan zat pengatur.
b.
Zat tenaga
Zat gizi yang
menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan protein. Bagi
balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan
perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita
relatif lebih besar daripada orang dewasa
c.
Zat Pembangun
Protein sebagai zat
pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ
tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak.
d.
Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi
agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti
yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur.
1)
Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan
vitamin C ) maupun yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).
2)
Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium,
dan flour.
3)
Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel
tubuh.
1.
Kebutuhan Gizi Balita
Kebutuhan gizi
seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada
umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis
kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan
pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik.
Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan
dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
1.
Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi
dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia
tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun
seiring dengan bertambahnya usia.
2.
Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis,
balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar
daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang
dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.
3.
Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan
balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.
2.
Beberapa Hal Yang Mendorong
Terjadinya Gangguan Gizi
Ada beberapa hal yang
sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya gangguan
gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya
jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.
Berbagai faktor yang
secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak
Balita antara lain sebagai berikut:
a.
Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan
Dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguhpun berpenghasilan
cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian,
kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan
kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup).
Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan
tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan
anak balita.
Menurut Dr. Soegeng
Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang pengetahuan dan keterampilan
dibidang memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis
masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.
Prasangka buruk
terhadap bahan makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.
b.
Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan
Berbagai kebiasaan yang
bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering kita jumpai terutama
di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan, ataupun
daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi
secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan
makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya.
Kadang-kadang
kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat anak sulit mendapat
cukup protein. Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis
makanan protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang
terkena diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti
ini akan memperburuk gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999).
c.
Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan
tertentu
Kesukaan yang
berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai faddisme
makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang
diperlukan.
d.
Jarak kelahiran yang terlalu rapat
Banyak hasil penelitian
yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan gizi oleh karena
ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya
tidak dapat merawatnya secara baik.
Anak yang dibawah usia
2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan makanan maupun
perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah
hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang.akan
tetapi air susu ibu ( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti
keluar.
Anak yang belum
dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang
kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian
pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke
jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera
diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam usaha
meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu
dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.
e.
Sosial Ekonomi
Keterbatasan
penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak dapat
disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang
disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.
f.
Penyakit infeksi
Infeksi dapat
menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini juga
menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk
pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan.
Penyakit-penyakit umum
yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran pernapasan atas,
tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono,
1999).
3.
Akibat Gizi yang Tidak
Seimbang
a.
Kekurangan Energi dan
Protein (KEP) Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein :
a.
Makanan yang tersedia kurang mengandung energy
b.
Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan
c.
Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan
sari makanan dalam usus terganggu
d.
Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit
infeksi yang tidak diimbangi dengan asupan yang memadai.
e.
Kekurangan energi dan protein mengakibatkan
pertumbuhan dan perkembangan balita terganggu.Gangguan asupan gizi yang
bersifat akut menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan wasting.
Wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi badannya. Jika
kekurangna ini bersifat menahun ( kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi
dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting. Stunting ,
yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun
secara sekilas anak tidak kurus.
b.
Berdasarkan penampilan yang
ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu:
1)
Marasmus
Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus
kering sehingga wajahnya seperti orang tua.Bentuk ini dikarenakan kekurangan
energi yang dominan.
2)
Kwashiorkor
Anak terlihat gemuk semu akibat edema,
yaitu penumpukan cairan di sela- sela sel dalam jaringan. Walaupun terlihat
gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya mengalami pengurusan ( wasting ). Edema
dikarenakan kekurangan asupan protein secara akut ( mendadak ), misalnya karena
penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam tubuh sudah habis.
3)
Marasmik-kwashiorkor
Bentuk ini merupakan kombinasi antara
marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini dikarenakan kebutuhan energi dan protein
yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari asupannya.
4)
Obesitas
Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai
faktor, diantaranya faktor keturunan dan lingkungan. Tentu saja, faktor utama
adalah asupan energi yang tidak sesuai dengan penggunaan.
Menurut Aven-Hen (1992), obesitas sering
ditemui pada anak-anak sebagai berikut:
1.
Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol
2.
Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan
padat
3.
Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan
gizi
4.
Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula
jika ia berbuat sesuai keinginan orangtua
5.
Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.
c.
Penyebab Balita Kurang Nafsu makan :
1)
Faktor penyakit organis
2)
Faktor gangguan psikologi
Anak akan kehilangan
nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut:
1)
Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga
bayi menjadi frustasi dan menangis
2)
Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam
jumlah/ takaran tertentu sehingga anak menjadi tertekan
3)
Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang
diinginkan / membosankan
4)
Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau
ukuran / dosis yang diberikan tidak sesuai dengan sehingga susu yang diberikan
tidak dihabiskan
5)
Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah
makan bersama kedua orang tuanya.
4.
Faktor pengaturan
makanan yang kurang baik
Berikut ini beberapa
upaya untuk mengatasi anak sulit makan (faktor organis, faktor psikologis, atau
faktor pengaturan makanan) :
a.
Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan
adalah dengan menyembuhka penyakitnya melalui dokter.
b.
Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa
hal yang dapat dilakukan :
1)
Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan
praktis sehingga dapat menggugah selera makan anak dan disajikan semenarik
mungkin.
2)
Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan,
orangtua harus sabar saat memberi makan anak.
3)
Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu
makan disesuaikan denga waktu makan keluarga karena anak punya semangat untuk
menghabiskan makanannya dengan makan bersama keluarga (orangtua)
4)
Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu
jenis makanan sebaiknya dihindari dan ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis
makanan yang baik.
c.
Jika penyebabnya adalah
faktor pengaturan makanan maka dapat dilakukan beberapa hal berikut ini :
1)
Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan
pada saat anak benar-benar lapar dan haus
2)
Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan
tersebut tidak membuat anak menjadi kenyang agar anak tetap mau makan nasi.
3)
Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan
selingan, sebaiknya didampingi oleh orang tuanya sehingga anak dapat memilih
makanan jajanan yang baik dari segi kandungan gizi maupun kebersihannya.
4)
Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus
diatur disesuaikan dengan kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak tidak menderita
gizi kurang atau gizi lebih.
5)
Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus
disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.
5.
Menu Makanan Balita
Makanan memegang
peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh karenanya,
pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain
dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan.
Gizi seimbang dapat
dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :
a.
Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan
sehari-hari sebaiknya terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.
b.
Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga
anak mendapatkan asupan gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari.
Waktu-waktu yang disarankan adalah:
1)
Pagi hari waktu sarapan.
2)
Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu
3)
Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
4)
Pukul 16.00 sebagai selingan
5)
Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
6)
Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
7)
Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok
gigi.
c.
Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak
Usia 1 Tahun
Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu jauh):
Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu jauh):
1)
Pukul 06.00 : Susu
2)
Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim
3)
Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan
4)
Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim
5)
Pukul 14.00 : Susu
6)
Pukul 16.00 : Makanan selingan
7)
Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim
8)
Pukul 20.00 : Susu.
6.
Makanan Selingan Balita
Pada usia balita juga membutuhkan gizi
seimbang yaitu makanan yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh
sesuai umur. Makanan seimbang pada usia ini perlu diterapkan karena akan
mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai lanjut.
Gizi makanan sangat
mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak sehingga dapat tumbuh
optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan keseimbangan gizinya
sejak janin melalui makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel otak akan berhenti pada
usia 3-4 tahun.
Pemberian makanan
balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan yang telah dikenalkan
sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi
dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga.
Pembentukan pola makan
perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga. Peranan orangtua sangat dibutuhkan
untuk membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus
mengetahui, mau, dan mampu menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam
keluarga karena anak akan meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di
sekelilingnya dalam keluarga.
Makanan selingan tidak
kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara makan pokoknya. Makanan
selingan dapat membantu jika anak tidak cukup menerima porsi makan karena anak
susah makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan selingan pun tidak
baik karena akan mengganggu nafsu makannya.
Jenis makanan selingan
yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber karbohidrat,
protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu
isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan lain-lain. Fungsi
makanan selingan adalah :
a.
Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat
dalam bahan makanan selingan.
b.
Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam
makanan utamanya (pagi, siang dan malam).
c.
Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas
anak pada usia balita.
d.
Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah
sehingga sangat higienis dibandingkan jika dibeli di luar rumah. Bila terpaksa
membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang lengkap gizi,
jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung gula saja.
Makanan ini jika diberikan terus-menerus sangat berbahaya. Jika sejak kecil
hanya senang yang manis-manis saja maka kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa
dan risiko mendapat kegemukan menjadi meningkat. Kegemukan merupakan faktor
risiko pada usia yang relatif muda dapat terserang penyakit tertentu.
7.
Menu untuk Balita yang
Sedang Sakit
Penyakit balita secara
umum biasanya adalah gejala panas, diare, batuk, muntah. Tindakan terbaik
adalah berkonsultasi ke dokter supaya lekas ditangani dengan obat yang tepat,
sehingga cepat sembuh. Untuk mempercepat kesembuhan balita, bisa diimbangi
dengan pengaturan makanannya.
a.
Untuk balita dengan panas tinggi
Penderita penyakit yang disertai panas
tinggi kebutuhan gizinya meningkat. Hal ini disebabkan metabolisme tubuh
meningkat, penyerapan zat-zat gizi menurun dan adanya faktor lain yang
berhubungan dengan penyakitnya. Nafsu makan pun biasanya menurun. Makanan
hendaknya memenuhi syarat-syarat :
1)
Konsistensinya lunak. Makanan pokok seperti nasi tim,
kentang pure, bubur dan lain-lain
2)
Kebutuhan kalori meningkat, sebaiknya diberikan porsi
kecil dan sering.
3)
Sumber protein seperti susu, daging, hati, ikan,
telur, tahu, tempe, dan kacang-kacangan diberikan lebih dari porsi normalnya.
4)
Kebutuhan air diberikan lebih banyak, karena suhu
lebih tinggi dari normal sehingga banyak terjadi penguapan melalui keringat.
Sari buah sangat baik karena mengandung air, vitamin dan mineral. Berikan
minuman lebih banyak dari biasanya.
5)
Makanan minuman tidak boleh diberikan terlalu panas
atau terlalu dingin.
b.
Untuk balita dengan gejala mencret (diare)
DIARE pada bayi dan anak merupakan penyakit
utama di Indonesia. Akibat diare (mencret), anak akan kehilangan banyak air dan
elektrolit (dehidrasi) yang menyebabkan tubuh kekurangan cairan, gangguan gizi
sebab masukkan makanan kurang sedang pengeluaran bertambah, dan hipoglikemia
yaitu kadar gula darah turun di bawah normal. Diare diartikan sebagai buang air
besar tidak normal atau bentuk tinja encer dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya. Penyebab diare ada beberapa faktor, yaitu:
1)
Infeksi, Infeksi virus atau infeksi bakteri pada
saluran pencernaan merupakan penyebab diare pada anak.
2)
Malabsorpsi, Gangguan absorpsi biasanya terhadap
zat-zat gizi yaitu karbohidrat (umumnya laktosa), lemak dan protein.
3)
Makanan. Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap
makanan tertentu.
4)
Faktor psikologis. Rasa takut, cemas (umumnya jarang
terjadi pada anak).
c.
Untuk balita dengan gejala penyakit saluran pernapasan
PENYAKIT saluran pernapasan yang dikenal adalah bronchitis, dan umumnya disebabkan virus, misalnya virus influenza. Selain juga karena cuaca dan polusi udara. Mengatur makanannya dengan :
PENYAKIT saluran pernapasan yang dikenal adalah bronchitis, dan umumnya disebabkan virus, misalnya virus influenza. Selain juga karena cuaca dan polusi udara. Mengatur makanannya dengan :
1)
Banyak diberi minum, terutama sari buah-buahan,
sebaiknya diberikan dalam keadaan hangat.
2)
Makanan diberikan dalam keadaan lunak dan tidak
merangsang.
3)
Susu dapat diberikan dalam bentuk minuman atau
campuran seperti sirup dan lain-lain. Bisa juga dibentuk makanan kecil seperti
puding.
4)
Hindari makanan yang digoreng.
d.
Untuk balita dengan gejala muntah MUNTAH adalah gejala
dari beberapa penyakit antara lain keracunan makanan, infeksi appendiks, gula
darah yang sangat rendah, dan lain-lain. Syarat makanannya:
1)
Berikan makanan lunak yang mudah dicerna, dalam porsi
kecil tetapi bertahap dan sering.
2)
Banyak cairan untuk mengganti cairan yang keluar,
seperti saribuah yang segar dan susu campur buah supaya segar.
3)
Cukup protein, mengingat karena penyakitnya ia
membutuhkan peningkatan protein dibandingkan dengan kebutuhan biasa. Bisa
diperoleh dari telur, susu, daging, ayam dan lain-lain.
4)
Lemak perlu diberikan, untuk memberi rasa dan
meningkatkan kalori. Tetapi berikan makanan yang mudah dicerna dan secukupnya,
karena kelebihan lemak akan membuat mual.
e.
Untuk balita dengan gejala batuk GEJALA batuk bisa
bercampur dengan gejala lain, misalnya pada penyakit bronchitis yang disertai
panas, demikian juga penyakit lain seperti flu dan sebagainya. Pengaturan
makanan yang perlu diperhatikan :
1)
Kalau ada gejala panas, beri makanan lunak dan banyak
cairan atau minum.
2)
Nafsu makan yang menurun akibat batuk terus-menerus
harus diimbangi makan yang cukup supaya kondisi tubuh membaik.
3)
Untuk memudahkan pengaturan makannya, berikan porsi
kecil tetapi sering dan bertahap supaya kebutuhan gizinya terpenuhi.
4)
Cukup protein karena penyakit dengan gejala batuk
membutuhkan protein lebih tinggi dari biasanya.
5)
Jangan makan gorengan atau bumbu yang merangsang agar
tidak menimbulkan batuk. Kurangi mengonsumsi yang terlalu manis dan bisa
menimbulkan batuk seperti cokelat, permen, manisan dan minuman manis.
6)
Setelah anak sembuh, kalau berat badannya turun perlu
ditingkatkan konsumsi makanannya.
8.
Pengaturan makanannya secara umum adalah:
a.
Cairan harus cukup untuk mengganti cairan yang hilang,
baik melalui muntah maupun diare. Setiap kali buang air besar beri minum satu
gelas larutan oralit atau larutan gula garam.
Berikan makanan yang rendah serat, cukup energi,
protein, vitamin dan mineral
b.
Suhu makanan dan minuman lebih baik dalam keadaan
hangat, tidak panas atau terlalu dingin.
c.
Bentuk makanan lunak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar